Selasa, 17 Juni 2008

FKI 3 2003 di STKW!

Karya Seni Segarkan Kampus STKW

SELAMA empat hari penikmat seni pertunjukan di Surabaya mendapat suguhan seni pertunjukan karya komunitas seni dari kampus perguruan tinggi seni se-Indonesia. Sekurangnya, suguhan karya seni dari komunitas kampus seni memberikan kesegaran untuk kampus STKW Surabaya.

Dan, hajatan seni budaya bertajuk "Festival Kesenian Indonesia III" di Kampus Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya itu pun berakhir hari Minggu (22/6) malam di Kampus STKW Surabaya. Komunitas Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan Komunitas Sekolahan Tinggi Kesenian Indonesia (STSI) Padangpanjang, memuncakinya dengan sebuah konser musik klasik.

Sehari sebelum konser musik menandai usainya perhelatan seni budaya dari komunitas kampus seni se-Indonesia. Pada hari Sabtu (21/6) malam tiga perguruan tinggi seni, STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) Surabaya selaku tuan rumah, dan Sekolah Tinggi Kesenian Indonesia (STSI) Bandung, serta Sekolah Tinggi Kesenian Indonesia (STSI) Surakarta, mempersembahkan karya seni pertunjukan dengan karakter dan kekuatan eksplorasi etnis mereka masing-masing.

STKW Surabaya menghadirkan tidak kurang tiga buah karya seni pertunjukan, yakni karya tari “Topeng Getak", karya tari “Selor", serta “Konser Timur".

Tari garapan koreografer, Suripno S.Sn dengan Panari, Setyo Purwadi yang iringan musiknya digarap oleh Komposer, Hari Wirawan S.Sn, itu mencoba menghadirkan suasana sekaligus nuansa etnis Madura melalui sentuhan gerak tari topengnya yang penuh energi gerak. Dan, tarian tunggal Getak ini, karena bunyi yang ditimbulkan oleh suara kendang Ghet dan tak.

Bunyi kendang tersebut sekaligus sebagai tanda aba-aba penari untuk memulai melakukan gerakan dari ragam satu ke ragam berikutnya. Isi tariannya mengungkapkan personifikasi tokoh Prabu Baladewa dari Kerajaan Manduro yang gagah, berani, berwibawa. Sapu tangan yang dikibas-kibaskan sang panari topeng, adalah simbolisasi sebagai kilatan senjata Nanggala.

SETELAH suguhan tari topeng Getak lalu panggung pun bergeser menjadi pertunjukan tari Selor, karya koreografer, Pundjul Pitono. Fragmentasi tarian ini melibatkan tak kurangt enam penari laki-laki, dan empat penari perempuan dengan penata iringan tarinya digarap oleh Joko Susilo S.Sn.

Tari Selor ini menggambarkan sosok pemuda berani dan disegani masyarakat Madura, khususnya oleh teman-teman sebayanya. Dari suguhan tari Selor ini, sekilas mencuat sebuah fragmentasi kehidupan yang tenteram, tatkala para penari perempuan itu sedang menari-nari di dalam nuansa pedesaan. Simbol celurit pun ikutan hadir untuk mengentalkan ruh dari tradisi orang-orang Madura ketika dia harus menjaga kehormatan dirinya.

Tak kalah menarik dari sajian STKW Surabaya, STSI Bandung pun memberikan sebuah tontonan hasil karya kreatifnya. Dengan persembahan “Topeng Berokan", karya koreografer, Kawi, ini STSI Bandung tak saja membangkitkan suasana dan nuansa mistis, magis, serta kekuatan-kekuatan gaib, tapi pula pemaknaan sekaligus aktualisasi simbol-simbol maupun etnisitas yang melingkupi komunitas orang-orang kampus ini.

Latar belakang tata panggung serba putih, serta kain panjang berwarna putih yang dipergunakan para penari untuk menari-nari, memberikan pengesankan atas pergolakan, pergulatan maupun persentuhan-persentuhan eksistensi kehidupan manusia itu sendiri.

Tata pencahaan yang prima, seolah-olah menghidupkan adegan tari yang tertata apik yang berpadu dengan gerak-gerak barongan yang menyembul dari balik kain putih transparan. Gerak barongan yang dinamis-atraktif terasa kuat sekali, sebagai bagian dari unsur tari topeng berokan ini.

Topeng berokan yang menceritakan kekosongan dan kevukuman, digambarkanb dengan adanya asap perapian sebagai alam jagad raya. Permainan proyeksi dan alunan karawitan serta penuturan juru dalang menggambarkan tentang mitologi hilangnya keris pusaka sulingkara, kemunculan berok layang (ikan laut) dan fiksi tentang gamelan mataram.

Kepulan asap yang mengawali tampilan “Topeng Berokan" ini, lalu dengan kekuatan topeng berokan yang mereka mainkan, penikmat mendapat suguhan yang menarik sekaligus enak untuk ditonton.

Topeng Berokan atau topeng barongan (barongsai-red) di Jawa Barat, adalah jenis kesenian rakyat. Kesenian ini berfungsi sebagai sarana upacara atau tolak balak. Misalnya, sebagai sarana ruwatan, puput puser, sedekah bumi, kendurian, tolak balak penyakit atau wabah. Kehadirannya merupakan perwujudan binatang tiruan yang diyakini sebagai benda suci, simbol kebaikan, benda ritual, mistis dan magis.

TAK saja suguhan tontonan menarik dari STKW Surabaya maupun STSI Bandung itu, penikmat seni pertunjukan pun mendapat suguhan dari STSI Surakarta dengan karya seni hasil kolaborasi antara karawitan, pedalangan, dan tari.

Dengan mengusung sebuah karya “Luluh Ngrengkuh Panggayuh", yang menyiratkan perjalanan anak manusia dalam proses pencapaian dan pencarian jati diri dengan berbagai rintangan dan permasalahan, hingga berhasil menyatu dengan kosmos dan Khaliqnya.

Karya ini merupkan perwujudan kerja kreatif kolaborasi dari tiga bidang seni, yaitu seni karawitan, pedalangan dan tari menjadi pertunjukan utuh. Meski berpijak pada seni tradisi namun melalui proses penjelajahan estetis terhadap tubuh sebagai alat ungkap, wayang kulit, karawitan yang juga sebagai alat ungkap.

Dan, komunitas STSI Surakarta ini pun berharap dengan karya kolaborasi ini terjadi kebaruan-kebaruan di dalam penyajian yang utuh. Sebuah olah garap yang serius dan tuntas, telah pula dipertunjukan komunitas kampus seni asal

Surakarta ini, terlebih pada persentuhan antara permainan wayang kulit dari balik layar, serta gerakan tari para penari yang serasa kuat pada gerak tari klasik Jawa nan gemulai.

Arif Rofiq, salah seorang koreogrefer Surabaya ketika dimintai tanggapan atas sajian-sajian seni pertunjukan karya STSI Surakarta, STSI Bandung dan STKW Surabaya mengatakan, bahwa karya seni yang dipertunjukan oleh komunitas perguruan tinggi seni itu masing-masing memiliki kekuatan dan potensi etnis yang sangat kental.

“Dilihat dari sisi mengangkat nilai budaya-sosial masyarakat, tampak kental sekali," katanya.

Menyoal karya yang dikedepankan STSI Surakarta, Rofiq menandaskan, komunitas STSI Surakarta sangat punya pengalaman dan kedekatan dengan suasana dan nuansa garapan mereka, termasuk pedalangan maupun karawitannya. “Karya mereka menjadi tontonan yang jelas dan satu ide, dan antara tari dan karawitan saling mengisi," tuturnya. (L01/TIF)

Senin, 16 Juni 2008

Patung Agung Tatto



Patung-patung karya Agung Tatto

Patung Agung Tatto


Patung-patung figur karya Agung Tatto yang berjajar di serambi kampus seni rupa Stkw

Patung Figur



Proses pembuatan patung figur

Patung Figur

Proses pembuatan patung Figur

PAMERAN LUKISAN STKW DI KEDIRI

Pameran berlangsung di Dewan kesenian Kota Kediri 26 sampai dengan 30 Maret 2008. Pameran ini diikuti oleh Mahasiswa seni rupa dan dosen pengajar. Karya mahasiswa dan dosen berupa lukisan, patung, keramik, karya grafis dan lain-lain.

Antusias masyarakat Kediri, terutama para pelajar sangat baik sekali, terbukti dengan banyaknya pengunjung dari kalangan pelajar.